Cinta, sebuah keindahan yang tak tergambarkan baik dengan tulisan
maupun perkataan. Keindahannya begitu terjaga, namun pernyataan ini hanya
berlaku bagi mereka yang tahu arti cinta sesungguhnya. Karena ada kalanya cinta
dan nafsu sangat sulit dibedakan, dan ini berawal dari perasaan yang tak dapat
dikendalikan, yang pada akhirnya hanya akan menjerumuskan ke dalam jurang
kemaksiatan.
Perlahan namun pasti, bisikan demi bisikan merasuki sanubari,
mengganti kesakralan cinta dengan hawa nafsu belaka, mengatas namakan cinta
untuk sekedar memenuhi hasrat di jiwa yang menggelora.
***
Indahnya langit malam bertabur bintang, lantunan musik kawanan jangkrik
memekikan kesunyian. Jemariku terus menari beriringan dengan jalannya pikiran,
mataku fokus menatap layar monitor, menelisik kata per kata yang tersambung
menjadi satu haluan, mewakili suara hati yang dilanda kegelisahan. Peristiwa
demi peristiwa jelas tergambar dalam angan, bergelayut memenuhi isi pikiran.
Kulirik tulisan yang terpasang di atas meja belajar, deadline penulisan
tersisa 18 jam dan sampai saat ini aku belum dapat menyelesaikan artikel yang
Pak Imron amanahkan. “Hmm..apa lagi ya..” aku menggumam sendiri sembari
menatap langit-langit kamar, mengedarkan pandangan seolah ada jawaban yang
dapat aku temukan.
Aku masih termenung seorang diri mencari
inspirasi, malam pun kian larut, namun katup mataku tak kunjung tertutup.
Sebagai pendengar setia, aku banyak belajar dari pengalaman teman-teman yang
sering mereka ceritakan, mulai dari persoalan remaja seperti kegalauan yang
tiada ujungnya atau bahkan hampir mengakhiri semuanya dengan menghilangkan nyawa.
Tiba-tiba aku mendapat inspirasi mengingat curhatan teman sebangkuku tempo
hari, tanganku kembali berkutat dengan keyboard, mengabadikan sebuah kisah ke dalam bentuk tulisan dengan harapan kejadian serupa takkan kembali terulang. Jam dinding menunjukkan pukul dua, aku lega karena
akhirnya dapat memejamkan mata tanpa ada beban yang tersisa.
***
“Istighfar Ran. Bunuh diri tidak
akan mengakhiri semua ini. Ingat! Masih ada kehidupan setelah dunia, kehidupan
kekal yang Allah janjikan hanya ada 2 pilihan. Jika kamu berakhir seperti ini,
mampukah kamu menahan siksa neraka yang panasnya beribu kali lipat dari api
dunia?? Jangan ambil ‘jalan pintas’ Ran, aku mohon!!” Aku berteriak dengan
tubuh gemetar melihat Rani yang tengah berdiri diatas kursi berusaha mengaitkan
lehernya dengan ikatan tali tampar. Matanya sembab, butiran air terus mengalir
dari dari pelupuk mata, jatuh membasahi pipinya. Perlahan aku mendekatinya,
merengkuh sebagian tubuh yang masih mematung di atas kursi, Rani terlihat
begitu depresi. Aku tidak dapat membayangkan jika terlambat datang ke kamar
kostnya, mungkin akan lain lagi ceritanya. Fyuh, aku beruntung.
Ku biarkan Rani menangis
sejadi-jadinya, tanganku mengelus lembut rambutnya yang sudah tak beraturan. Dengan
begini ia dapat melampiaskan segala kekesalan yang terpendam di lubuk hati
paling dalam. Perasaan wanita memang sangat sensitif terutama terhadap luka,
aku tahu karena dua hari lalu kekasih yang selalu dibanggakannya lima tahun
terakhir ini menikah dengan perempuan lain diluar prediksi, seketika tubuh Rani ambruk
mendengar kabar yang saat itu masih belum dapat dipastikan. Sebagai teman, aku
tidak pernah bosan untuk mengingatkan, entah berapa kali kata-kata ini selalu
ku ulang, “Ran, kamu boleh mencintai seseorang, tapi nanti kalau dia sudah
halal untuk kamu cintai. Kalau sekarang aku sarankan jangan dulu cintamu itu
menggebu, karena bagaimanapun juga masalah jodoh sudah ada yang atur”.
***
Tema kajian hari ini “Cinta atau Nafsu”,
aku pasrah setelah menerima amanah kedua dari senior tempatku bekerja. Ya, Pak
Imron, selain sebagai ketua editing majalah, beliau juga seorang aktivis dakwah
di kantor kami, hanya sekali ini beliau minta diganti dengan adanya urusan
dadakan yang sama sekali tidak boleh beliau tinggalkan. Aku menghela nafas
panjang, lidahku terasa kaku, mungkin karena ini pertama kalinya aku berbicara
di depan khalayak. Semua mata menatap, keringat dingin mulai mengalir, mimik
ketakutan mungkin sudah tak dapat lagi aku sembunyikan, namun keyakinan untuk
tidak mengecewakan membuat semuanya kembali normal. “Bismillah, aku bisa”
gumamku dalam hati sembari membuka kajian pada siang hari ini.
قال رسول الله ص.
م.
احبب حبيبك هونا
ما عسي ان يكو ن بغيضك يوما ما وابغض بغيضك هونا ما عسي ان يكو ن حبيبك يوما ما
(رواه الترمذي)
“Rosulullah Saw, bersabda, Cintailah kekasihmu sewajarnya saja karena
bisa saja suatu saat nati ia akan menjadi orang yang kamu benci. Bencilah sewajarnya
karena bisa saja suatu saat nanti ia akan menjadi kekasihmu. (HR. Al-Tirmidzi).” Kata-kata terakhir itu membuat diriku sendiri menyadari, bahwa
sekeras apapun kita mengusahakan atau bahkan memaksakan seseorang sebagai jodoh
yang telah ditetapkan, apabila Allah memang tidak berkehendak ya mau diapakan. Semua
telah diatur-Nya, jauh sebelum manusia sendiri memikirkannya.
-TAMAT-