Selasa, 18 Juli 2017

SEKADAR NOSTALGIA

Pemenang sejati bukan ia yang banyak mengukir prestasi, namun pemenang sejati adalah ia yang dapat mengendalikan nafsu dalam hati. Aku kembali menghela nafas panjang, dan menghembuskannya beberapa saat kemudian. Pena yang sedari tadi kugenggam, kugeletakkan dengan sedikit kasar. Entah hal apa tengah mengganggu mood baikku, sehingga sudah dua jam secarik kertas di hadapanku tak kunjung penuh dengan goresan tinta hitam, merangkai sebuah kalimat yang esok akan kukirimkan kepada seseorang.

Udara malam semakin menusuk hingga ke tulang, kembali pikiranku melayang, menghadirkan segenap bayang. Nurani membisik pelan, esok adalah muara dari cerita yang sekian lama kupendam sendirian. Seulas senyum pun mengembang. Kuambil pena, kemudian menuliskan kata demi kata di atas kertas yang tak bernoda.
***
"Da, minta tulisanmu dong, buat rubrik majalah." Pinta Afra seusai kuliah.
"Emangnya belum ada yang ngisi? Tapi adanya tulisan lama, aku belum bikin tulisan baru lagi." Kataku sembari memasukkan buku catatan ke dalam tas.
"Belum ada. Orang yang mau nyumbangin lagi izin pulang. Gak apa-apa deh, besok soalnya mau dikirim ke penerbit." Wajah Afra kini memelas.
"Yaudah, nanti aku kirim ke e-mail ya." Kataku sembari beranjak dari kursi.

Kupilah tulisan-tulisan yang dulu pernah mendapat juara saat aku kirimkan ke beberapa lomba. Sejenak aku termenung ketika membaca kembali tulisan-tulisan itu. Kok bisa ya dulu nulis kayak gini? Tanyaku dalam hati. Memori usang seakan kembali diputar, dan hanya berharap cita-cita itu takkan pernah pudar. 
***
"Gimana tulisan kamu? Udah jadi dikirim ke penerbit?" Ani, sahabatku kembali bertanya setelah dua hari aku mencurahkan segala keluh kesah kepadanya.
"Gak pd (percaya diri) aku. Udah gak bisa nulis lagi kayak dulu." Timpalku dengan raut wajah sedih.
"Ya elah, kirim aja dulu! Masalah hasil kan nanti belakangan." Ucap Ani menyemangati.
Lagi-lagi aku hanya menghela nafas berat.

Dua pekan aku mengirimkan karya-karya terbaik menurutku. Beberapa waktu lalu seorang penulis memotivasi dan mengoreksi naskah yang aku kirimkan kepadanya. Ada sedikit pencerahan setelah meninjau kembali masukan yang beliau berikan. Hatiku kembali berbisik pelan, jangan sampai impianmu tak lagi berkobar dan padam. Kini, hanya do'a dan kata "semoga" yang harus aku ucapkan. Ya, semoga tulisan itu dapat menjadi jariyah dan menuai berkah. Aamiin.

Ngawi, 19-07-2017
at 0.35 a.m

0 komentar:

Posting Komentar